Wednesday, February 20, 2013

Rajawali Corp

PT Rajawali Corporation, founded in 1984, is one of the largest conglomerates in Indonesia.

Seperti burung Rajawali, Peter Sondakh kelihatan tak pernah lelah mengepakkan sayap usahanya. Mata dan penciumannya setajam Rajawali, mampu mengendus peluang bisnis yang layak ditubruk. Tak heran, gebrakannya lewat perusahaan holding yang didirikannya, PT Rajawali Corporation (RC), belakangan kerap mengejutkan.

Tak heran, tahun 2006, menurut Forbes, ia merupakan orang terkaya nomor 12 di Indonesia. Lalu di tahun 2007 peringkatnya naik menjadi nomor 9 terkaya, dan tahun 2008 sebagai orang terkaya nomor 6 di Tanah Air. Media tersebut mengungkapkan kekayaan pria asal Manado kelahiran Surabaya 58 tahun lalu ini mencapai US$ 1,45 miliar. Tak jelas benar kapan Peter pertama kali terjun ke dunia usaha. Namun, ia tercatat sebagai pemegang saham PT Bumi Modern sejak 1976. Kala itu, Peter berusia 24 tahun.


Menurut Pusat Data Business Indonesia (PDBI), periode 1976-1996 Rajawali memiliki lima sektor usaha, yaitu: pariwisata, transportasi, keuangan, perdagangan, dan jasa telekomunikasi. Tak tanggung-tanggung di sektor pariwisata ia memiliki 16 perusahaan perhotelan (mengembangkan jaringan hotel bintang empat dan lima) dan kawasan wisata. Di sektor transportasi punya tiga perusahaan transportasi, yakni: Taxi Express.

Di sektor keuangan, Rajawali memiliki 7 anak usaha, antara lain PT Jardine Fleming Nusantara (sekuritas). Adapun di sektor perdagangan ada 9 perusahaan, misalnya Metro Department Store dan jaringan ritel farmasi Apotek Guardian. Di sektor telekomunikasi, Rajawali pernah memiliki Excelcomindo Pratama, yang dioperasikan sejak 1996 (dan kemudian dijual ke Telekom Malaysia).

Bisnis Peter yang tak kalah penting sebenarnya juga ada di luar lima sektor tadi. Antara lain, ia merambah industri kimia yang memproduksi polyester chip dan PET film dengan mendirikan PT Rajawali Polindo. Ia juga memasuki industri rokok dengan mendirikan PT Bentoel.

Rajawali ikut pula membangun Plaza Indonesia bersama Bimantara, Ometraco dan Grup Sinar Mas. Bahkan, Peter memiliki andil di PT Gemanusa Perkasa (perdagangan umum), PT Gemawidia Statindo Komputer (distributor komputer), PT Asiana Imi Industries (produsen stuff toys), dan PT Japfa Comfeed Indonesia (sahamnya di sini akhirnya dilepas) .

Berdasarkan catatan PDBI periode 1976-1996 tadi, ada 13 perusahaan yang diakuisisi dan 6 perusahaan diinvestasi. Di sisi lain, grup usaha ini memiliki andil (penyertaan saham) di 13 perusahaan. Adapun total anak usaha dan perusahaan terafiliasi yang dimiliki Peter mencapai 49 perusahaan. Sebagai holding company di lingkungan Grup Rajawali, selain PT Rajawali Corporation adalah PT Danaswara Utama.

Kepakan sayap Rajawali terus berlanjut, dengan memasuki industri perkebunan dan pertambangan. Pada 2006, Rajawali terjun ke bisnis perkebunan sawit yang beroperasi di Kalimantan Timur dan Sumatera yang dalam sub-holding PT Jaya Mandiri Sukses Group. Sementara itu, industri pertambangan di Kalimantan dirambah grup usaha ini tahun 2007 melalui PT International Prima Coal. Lalu tahun 2008, melalui PT Tandan Sawita Papua, Rajawali membuka perkebunan kelapa sawit seluas 26.300 hektare di Distrik Arso Timur, Kabupaten Keerom.

Aksi korporatnya yang lebih menghebohkan lagi ketika pada pertengahan 2009, Peter telah melepaskan 56,96% sahamnya di Bentoel senilai Rp 3,35 triliun kepada British American Tobacco (BAT). “Rajawali sebagai investment company ingin memfokuskan perhatian pada bidang properti, pertambangan, dan perkebunan,” kata Darjoto Setyawan, Direktur Pengelola Pengembangan Bisnis Grup Rajawali, dalam siaran persnya, waktu itu (17/6/2009). Dengan ketiga pilar bisnis inilah tampaknya Rajawali ingin menjadi global player yang disegani.


Pernyataan itu memang dibuktikan dengan agresifnya Grup Rajawali memperluas jaringan hotelnya di kawasan Indonesia seperti jaringan hotel bintang lima Sheraton di Bali, Lampung, Bandung dan Lombok, serta di Kuala Lumpur dan Langkawi. Masih ditambah dengan pengembangan Hotel Saint Regis (Bali) dan Novotel (Lombok).

Bisnis pertambangan pun makin diseriusi Rajawali. Pada 2009, Rajawali mengakuisisi 37% saham Archipelago Resources (yang mengelola tambang emas) seharga US$ 60 juta. Kemudian, Rajawali membentuk perusahaan patungan dengan PT Bukit Asam di Kal-Tim.

Riset: Dian Solihati dan Ratu Nurul Hanifah

Acara ini diadakan di hotel Four Season Jakarta yang merupakan salah satu hotel yang dibangun oleh PT. Rajawali Corp dan acara ini juga dihadiri oleh Bp. Peter Sondakh selaku CEO PT. Rajawali Corp.
Pada penampilan kali ini Sand beauty diminta untuk mengiringi karyanya dengan instrument "Bagai Rajawali", sesuai dengan permintaan beliau.

No comments:

Post a Comment