Saturday, June 28, 2014

Nommensen dan Gereja Dame di Tanah Batak


     
Angela Roseli mendapatkan kehormatan untuk diundang raja Lumbantobing melukis kembali kisah perjalanan missionaris Ludwig Nommensen, untuk memberitakan injil di tanah Batak.
          Sekaligus acara ini menjadi pembukaan monumen hidup persahabatan antara raja Amandari dan Nommensen.
       Tanggal 24 Desember 1861, bersama Nona Dina Malga (calon istri Pendeta Van Asselt), menumpang kapal ‘Pertina’Nommensen berlayar menuju Padang, Sumatera Barat, melalui Nivwendiep. Lama perjalananan adalah 142 hari (+ 5 bulan). Tiba di Padang pada tanggal 16 Mei 1862 selanjutnya tanggal 16 Juni 1862 tiba di Sibolga yang kemudian dilanjutkan ke Barus sampai tanggal 25 Juni 1862.
Nommensen memulai pekerjaannya di Barus, tinggal disana lebih kurang 6 bulan   
§ Perjalanan Nommensen selanjutnya adalah meneruskan pelayanan ke daerahTapanuli Selatan persisnya ke Parau Sorat, Bunga Bondar dan Sipirok dan selanjutnya menuju daerah silindung untuk membuka perjalanan baru. 
§  Dari  tempat itu Nommensen jelas melihat lembah Silindung yang indah, padat penduduk tetapi masih menganut animisme.  Dari tempat itu Nommensen memanjatkan doanya : “Tuhan inilah tempat  yang kuimpikan, biarlah aku mempersembahkan hidupku buat mereka, agar mereka menjadi milik-Mu yang abadi dan hidup atau mati, aku tinggal ditengah-tengah bangsa ini berdiam memberitakan firman-Mu”.   Di tempat Nommensen berdoa,saat ini telah berdiri sebuah salib besar yang diberinama SalibKasih.

§  Saat Nommensen tiba di Saitnihuta, Silindung dan disambut dengan kelilingan orang yang heran melihat wajah manusia bermata biru (siBontar Mata).
Nommensen  berkata kepada mereka bahwa ia datang untuk mereka, ingin hidup bersama–sama mereka, membawa kabar baik, ingin mengajari mereka berhitung dan menulis agar mereka pandai, membawa obat kepada mereka kalau mereka sakit.                   
§ Penduduk tidak menerima Nommensen. Bahkan mengancam akan membunuh bila ia tidak mau pergi. Namun berkat kepandaian berbahasa Batak untuk berkomunikasi dengan penduduk di tanahBatak, ia berkeyakinan dan dengan penyertaan Tuhan, bahwa ia mampu menyebarkan Injil dan kedamaian.

§ Nommensen tiba di HutaBagasan dan bertemu dengan Raja OmpuTunggul yang  kemudian berjanji akan memberikan sopo. Namun pada akhirnya Nommensen tidak diizinkan masuk sopo yang dijanjikan dengan alas an sopo tersebut akan dipakai untuk tempat menyimpan padi yang kebetulan sedang panen.  Raja Ompu Tunggul menyuruh Nommensen mencari sopo yang lain. 

§ Nommensen bertemu dengan seorang penjaga di gerbang Saitnihuta yang bernama Panjingkal Silalahi. Dari Panjingkal, iatahu bahwa ada seorang  raja di situ yang bernama Raja Amandari, yang saat itu sedang berada di rumah mertuanya di Hutagalung, Harean, karena isterinya sedang sakit keras.

§ Nommensen minta Panjingkal pergi ke Raja Amandari dan menyampaikan bahwa isterinya akan sembuh.  Dan Nommensen berdoa kepada Tuhan untuk memohon kesembuhan isteri Raja Amandari.

§  Panjingkal dengan  rasa ragu pergi ke Hutagalung dan menceritakan kepada Raja Amandari pembicaraannya dengan Nommensen.  Raja Amandari  kaget, karena pembicaraan Nommensen dengan Panjingkal bertepatan saat isterinya yang  sudah hamper setahun sakit, sulit untuk makan serta sudah diobati oleh dukun-dukun  yang  hebat tapi tidak kunjung sembuh, minta makan dan semua sibuk meladeni. 

§  Raja Amandari menerima Nommensen dan ditempatkan di Sopo. Sementara itu, isteri Raja Amandari berangsur sembuh secara ajaib, ia bias duduk dan berjalan.

§  Raja Amandari yakin bahwa Nommensen yang menyembuhkan isterinya.  Ia merasa berhutangbudi kepada Nommensen. Nommensen yang tidak  diijinkan tinggal di sopomilik Raja Ompu Tunggul di Hutabagasan diterima dengan senang hati oleh Raja Amandari dan memberikan soponya untuk tempat tinggal Nommensen di Hutabolon.

§   Raja Amandari memberikan tanah berpasir di tepisungai Sigeaon untuk mendirikan rumah tempat tinggal Nommensen, yang didukung oleh kedua raja tersebut. 
 
§  Pada tanggal 29 Mei 1864 tanah berpasir selesai ditimbun dan diratakan.  Tanggal tersebut selanjutnya dinyatakan sebagai awal berdirinya Huta Dame.
§  Nommensen melakukan npekerjaan nya  di sait nihuta  dengan  dijaga dan disaksikan oleh raja Amandari yaitu dengan membatis/meng-kristenkan 7 orang pertama penduduk saitnihuta
Kemudian beberapa tahun kemudian Nommensen membaptis ratusan orang termasuk Raja Pontas.
§  Nommensen pindah ke Pearaja, oleh karena tiang tiang rumah serta gereja di Huta Dame yang didirikan di atastanah berpasir, masuk kedalam pasir serta banyak tiang yang sudah membusuk karena seringnya Sungai Sigeaon dan sungai Situmandi mengalami banjir. Mempertimbangkan keadaan tanah, sungai yang demikian serta kesehatan Nommensen  yang sedikit rapuh, banyak pendeta  yang  mengusulkan agar Nommensen pindah ketempat  yang  lebih tinggi.  

Rencana dan wacana itu didengar oleh raja-raja Silindung yang sudah menjadi Krtisten diantaranya Raja Pontas dan Raja Ompu Ginjang. Mereka sepakat memberikan sebidang tanah mereka di bukit Pearaja yang cukup luas. Penawaran ini mendapat sambutan dari Nommensen dan pada tanggal 12 Juli 1871 Nommensen pindah dari Saitnihuta ke Pearaja dan segera dimulai pembangunan gereja Pearaja.  Pada akhir bulan Agustus 1873 selesailah dikerjakan pembangunan gereja dan pada tanggal 10 September 1873  diresmikanlah gereja Pearaja. 

Raja Amandari Sabungan, generasike XIII dari Raja Lumbantobing, adalah orang yang pertama membuka “GerbangRohani“ ketanah Batak melalui Saitnihuta,  Silindung untuk masuknya Injil Tuhan di tanahBatak. Beliau adalah orang yang pertama menerima kedatangan misionaris Nommensen dengan mempertaruhkan nyawa demi masuknya Injil ke Saitnihuta serta terkenal dengan ikrar “sehidup–semati“ dengan Nommensen.  Raja AmandariSabungan menerima baptis pada tahun 1881 bersama dengan isteri dan anak-anaknya.(Raja Amandari kemudian namanya menjadi Raja Daud, sedangkan istrinya menjadi Betseba. Meninggal tahun  1881 di Saitnihuta dan dimakamkan di Sitare-tare, Sigompulon).
          Pagi itu di desa sigumpar bunyi lonceng gereja perlahan muncul  di ufuk-timur rekahan pagi hari (sirumadangari), Nommensen telah pergi menghadap Tuhannya pada hari Kamis tanggal 23 Mei 1918 dalam usia 84 tahun.

Nommemsen dimakamkan di Sigumpar disamping makam istrinya yang sudah mendahuluinya.





Wednesday, June 25, 2014

Sound Of Praise Live Recording

Sound Of Praise merupakan band rohani di bawah naungan gereja Alfa Omega Church atau yang kita kenal dengan AOC. Kali ini, Sound of Praise akan meluncurkan live recording terbarunya dengan salah satunya dengan berkolaborasi bersama Sand Beauty...
Dalam event ini Sand Beauty, mengiringi lagu berjudul "I'm Holding On To You".
Sand Beauty - Brings Sand Into Alive



Sunday, June 15, 2014

My Heart Just For You

Sebuah pertemuan indah di sebuah rumah kudus bernama gereja menjadi moment indah yang tak terlupakan bagi kedua pasangan ini.

Hubungan yang berawal dengan lika-liku yang penuh pertanyaan ini akhirnya menjadi semakin jelas dan tidak buram lagi..

Keduanya benar-benar jatuh cinta...

Makan malam romantis nan mewah di atas sebuah gedung pencakar langit pun menjadi sebuah pilihan untuk mengakhiri malam mereka yang penuh makna.

"My Living is My Love", ungkapan sang kekasih yang selalu romantis ini. Sebuah lagu jazz pun mengantar sang kekasih untuk menyatakan cinta pada pujaan hati sebagai penutup malam yang cantik dan sempurna.

Minat yang sama ternyata semakin membuat mereka satu. Hingga menonton konser bersamapun semakin menghidupkan kisah cinta mereka.

Hingga rencana sang kekasih akhirnya menuju kesempurnaan dengan menyanyikan sebuah lagu romantis untuk sang pujaan hati saat konser selesai yang menjadi penanda masuknya awal yag baru.

Diiringi dengan berlututnya sang kekasih di hadapan pujaan sambil mengeluarkan sebuah kotak mungil berbalut beludru merah tua.

Sang kekasih pun membukanya dan tersembullah sebuah cincin mungil berhiaskan sebutir berlian mungil di atasnya, yang kemudian menghiasi jari manis mungil pujaan hati.


Sand Beauty - Brings Sand Into Alive

Saturday, June 14, 2014

A Ring With Your Name


Sekembalinya sang kekasih dari negeri Australia pada tahun 2010 dan kembali bekerja di salah satu perusahaan mobil.

Hubungan mereka yang jauh kini telah mempertemukan mereka dalam sebuah pertemuan yang tak terduga.

Dua kepribadian dan dua profesi yang berbeda telah menyatukan mereka berdua dalam sebuah ikatan yang disebut cinta.

Sebuah pertemuan manis di sebuah showroom mobil berkelas mempertemukan sepasang kekasih ini.

Sang pujaan hati yang berprofesi sebagai guru dan pengajar yang sabar dan lemah lembut semakin membuat sang kekasih jatuh hati dengan pujaan hati.

Hubungan mereka semakin erat saat pujaan hati membeli mobil di tempat sang kekasih bekerja. Mereka menjadi semakin sering bertemu dan bersama.

Mengenal kepribadian masing-masing, membuat mereka menjadi semakin erat kian hari.
Hobi yang sama pun semakin menyatukan hati mereka berdua.

Hingga tiba saat yang paling menegangkan bagi pujaan hati saat sang kekasih berlutut mengeluarkan sebuah cincin bermahkotakan kilauan berlian yang indah dan melamar.

Air mata bahagia tak terbendung mengalir membasahi pipi pujaan hati, yang mengantarkan mereka berdua menuju altar kudus...


Sand Beauty - Brings Sand Into Alive