PT Rajawali Corporation, founded in 1984, is one of the largest conglomerates in Indonesia.
Seperti burung Rajawali, Peter Sondakh kelihatan tak pernah lelah
mengepakkan sayap usahanya. Mata dan penciumannya setajam Rajawali,
mampu mengendus peluang bisnis yang layak ditubruk. Tak heran,
gebrakannya lewat perusahaan holding yang didirikannya, PT Rajawali
Corporation (RC), belakangan kerap mengejutkan.
Tak heran, tahun 2006, menurut Forbes, ia merupakan orang terkaya nomor
12 di Indonesia. Lalu di tahun 2007 peringkatnya naik menjadi nomor 9
terkaya, dan tahun 2008 sebagai orang terkaya nomor 6 di Tanah Air.
Media tersebut mengungkapkan kekayaan pria asal Manado kelahiran
Surabaya 58 tahun lalu ini mencapai US$ 1,45 miliar. Tak jelas benar kapan Peter pertama kali terjun ke dunia usaha. Namun,
ia tercatat sebagai pemegang saham PT Bumi Modern sejak 1976. Kala itu,
Peter berusia 24 tahun.
Menurut Pusat Data Business Indonesia (PDBI), periode 1976-1996 Rajawali
memiliki lima sektor usaha, yaitu: pariwisata, transportasi, keuangan,
perdagangan, dan jasa telekomunikasi. Tak tanggung-tanggung di sektor
pariwisata ia memiliki 16 perusahaan perhotelan (mengembangkan jaringan
hotel bintang empat dan lima) dan kawasan wisata. Di sektor transportasi
punya tiga perusahaan transportasi, yakni: Taxi Express.
Di sektor
keuangan, Rajawali memiliki 7 anak usaha, antara lain PT Jardine Fleming
Nusantara (sekuritas). Adapun di sektor perdagangan ada 9 perusahaan,
misalnya Metro Department Store dan jaringan ritel farmasi Apotek
Guardian. Di sektor telekomunikasi, Rajawali pernah memiliki
Excelcomindo Pratama, yang dioperasikan sejak 1996 (dan kemudian dijual
ke Telekom Malaysia).
Bisnis Peter yang tak kalah penting sebenarnya juga ada di luar lima
sektor tadi. Antara lain, ia merambah industri kimia yang memproduksi
polyester chip dan PET film dengan mendirikan PT Rajawali Polindo. Ia
juga memasuki industri rokok dengan mendirikan PT Bentoel.
Rajawali ikut pula membangun Plaza Indonesia bersama Bimantara, Ometraco
dan Grup Sinar Mas. Bahkan, Peter memiliki andil di PT Gemanusa Perkasa
(perdagangan umum), PT Gemawidia Statindo Komputer (distributor
komputer), PT Asiana Imi Industries (produsen stuff toys), dan PT Japfa
Comfeed Indonesia (sahamnya di sini akhirnya dilepas) .
Berdasarkan catatan PDBI periode 1976-1996 tadi, ada 13 perusahaan yang
diakuisisi dan 6 perusahaan diinvestasi. Di sisi lain, grup usaha ini
memiliki andil (penyertaan saham) di 13 perusahaan. Adapun total anak
usaha dan perusahaan terafiliasi yang dimiliki Peter mencapai 49
perusahaan. Sebagai holding company di lingkungan Grup Rajawali, selain
PT Rajawali Corporation adalah PT Danaswara Utama.
Kepakan sayap Rajawali terus berlanjut, dengan memasuki industri
perkebunan dan pertambangan. Pada 2006, Rajawali terjun ke bisnis
perkebunan sawit yang beroperasi di Kalimantan Timur dan Sumatera yang
dalam sub-holding PT Jaya Mandiri Sukses Group. Sementara itu, industri
pertambangan di Kalimantan dirambah grup usaha ini tahun 2007 melalui PT
International Prima Coal. Lalu tahun 2008, melalui PT Tandan Sawita
Papua, Rajawali membuka perkebunan kelapa sawit seluas 26.300 hektare di
Distrik Arso Timur, Kabupaten Keerom.
Aksi korporatnya yang lebih menghebohkan lagi ketika pada pertengahan
2009, Peter telah melepaskan 56,96% sahamnya di Bentoel senilai Rp 3,35
triliun kepada British American Tobacco (BAT). “Rajawali sebagai
investment company ingin memfokuskan perhatian pada bidang properti,
pertambangan, dan perkebunan,” kata Darjoto Setyawan, Direktur Pengelola
Pengembangan Bisnis Grup Rajawali, dalam siaran persnya, waktu itu
(17/6/2009). Dengan ketiga pilar bisnis inilah tampaknya Rajawali ingin
menjadi global player yang disegani.
Pernyataan itu memang dibuktikan dengan agresifnya Grup Rajawali
memperluas jaringan hotelnya di kawasan Indonesia seperti jaringan hotel
bintang lima Sheraton di Bali, Lampung, Bandung dan Lombok, serta di
Kuala Lumpur dan Langkawi. Masih ditambah dengan pengembangan Hotel
Saint Regis (Bali) dan Novotel (Lombok).
Bisnis pertambangan pun makin diseriusi Rajawali. Pada 2009, Rajawali
mengakuisisi 37% saham Archipelago Resources (yang mengelola tambang
emas) seharga US$ 60 juta. Kemudian, Rajawali membentuk perusahaan
patungan dengan PT Bukit Asam di Kal-Tim.
Riset: Dian Solihati dan Ratu Nurul Hanifah
Acara ini diadakan di hotel Four Season Jakarta yang merupakan salah satu hotel yang dibangun oleh PT. Rajawali Corp dan acara ini juga dihadiri oleh Bp. Peter Sondakh selaku CEO PT. Rajawali Corp.
Pada penampilan kali ini Sand beauty diminta untuk mengiringi karyanya dengan instrument "Bagai Rajawali", sesuai dengan permintaan beliau.
No comments:
Post a Comment